Inilah Sosok Nenek Moyang Semua Karnivor di Muka Bumi

Charlène Letenneur (MNHN) dan Pascale Golinvaux (RBINS). 
Ilustrasi spesies Dormaalocyon latouri. 

 Ilmuwan Belgia berhasil menemukan nenek moyang dari singa, anjing, dan harimau yang sekaligus merupakan karnivor pertama di dunia. Karnivor pertama di dunia tersebut dinamai Dormaalocyon latouri, penghuni pohon yang ternyata cuma punya berat 1 kilogram dan hidup 55 juta tahun lalu. "Moyang singa itu tidak menakutkan, tidak mengerikan," kata Floreal Sole, paleontolog dari Royal Belgian Institute of Natural Science di Brussels yang menemukannya. Spesies yang menjadi moyang karnivor itu ditemukan lewat analisis fosil yang dijumpai di wilayah Dormaal, Belgia, sebelah timur Brussels. Situs tersebut ditemukan pada tahun 1880-an.

Sejauh ini, lewat analisis fosil, ilmuwan berhasil mengungkap adanya 40 jenis hewan purba di situs itu. Sole dan rekannya, Richard Smith, menyaring 14.000 sampel gigi di tanah Dormaal. Di antara sejumlah gigi itu, 280 merupakan spesimen baru milik D latouri. Dengan bantuan spesimen gigi dan tulang pergelangan kaki yang juga ditemukan, ilmuwan menetapkan karakteristik D latouri. Fosil tulang gigi menunjukkan bahwa D latouri mempunyai gigi yang sangat primitif.

Sementara tulang pergelangan kaki menunjukkan, hewan ini bergerak di pohon. Ada kemungkinan spesies ini menyerupai harimau kumbang kecil, punya kumis bak kucing dan ekor panjang. Analisis di situs Dormaal memberi petunjuk bahwa situs itu dahulu merupakan lingkungan yang hangat dan basah. Gregg Gunnell dari Duke Lemur Center di North Carolina yang tak terlibat studi mengatakan, studi ini mengonfirmasi banyaknya jenis karnivor yang muncul pada masa Paleocene. "Ini menunjukkan bahwa sudah ada banyak keragaman pada masa awal Eocene dan kami tak tahu dari mana itu berasal," ungkapnya seperti dikutip Livescience, Senin (6/1/2014).

Paleocene adalah masa 65 - 56 juta tahun yang lalu. Sementara Eocene adalah masa antara 56 - 33,9 juta tahun lalu. Penemuan karnivor tertua ini dipublikasikan di Journal of Vertebrate Paleontology yang terbit Senin kemarin.

sumber : kompas.com
»»  Selengkapnya...

Pertama, Paus Kelabu Berkepala Dua Ditemukan Terdampar


doc.Jesus Gomez 
 Paus kelabu berkepala dua ditemukan di Baja California.

Ilmuwan di Meksiko menemukan paus kelabu kembar siam di wilayah semenanjung Baja California. Temuan itu diyakini merupakan pertama kali yang terdokumentasi. Paus kelabu (Eschrichtius robustus) kembar siam yang masih bayi itu tepatnya ditemukan di Laguna Ojo de Liebre, Meksiko, pada Minggu (5/1/2014).

Kondisi paus kelabu kembar siam itu sudah mati ketika ditemukan. Sementara, diketahui bahwa bagian yang dempet adalah tubuhnya. Paus memiliki satu tubuh dengan dua kepala. Karena kondisi bayi paus kelabu yang belum berkembang baik, Alisa Schulman-Jangier dari American Cetacean Society, seperti diberitakan Ninemsn.com.au, Selasa (7/1/2014), menduga bahwa bayi paus itu lahir prematur atau memang janin yang keguguran. Bangkai hanya berukuran 2,1 meter, sementara bayi paus kelabu normalnya mencapai 3,6 meter hingga 4,8 meter.

Paus kelabu bisa tumbuh hingga 14,9 meter di perairan Arktik. Paus kelabu memang diketahui bermigrasi dari wilayah kutub ke semenanjung Baja California untuk melahirkan bayinya. Lokasi tersebut dinilai pas untuk melahirkan dan perkembangan bayi paus. Bayi kembar siam pernah dijumpai pada jenis paus lain, seperti paus minke. Namun, kasus pada paus kelabu diduga baru yang pertama.

sumber : kompas.com
»»  Selengkapnya...

Sampai 21 Maret 2014, Siang Bakal Lebih Lama daripada Malam

Langit sore Jakarta seperti diabadikan oleh pengguna Twitter, Amalia, pada 25 Desember 2013. Sejak 22 Desember 2013 hingga 21 Maret 2014, siang di Indonesia akan lebih lama daripada malam

Jangan kaget bila antara Januari hingga 21 Maret 2014 Anda akan menjumpai langit yang masih terang benderang walaupun waktu sudah lewat maghrib. Profesor riset astrofisika dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional, Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa fenomena itu terkait dengan posisi Matahari. Matahari mengalami gerak semu tahunan. Pada 22 Desember 2013 lalu, Matahari tepat berada di 23,5 derajat Lintang Selatan. Seiring waktu, Matahari bergerak ke utara. Pada 21 Maret 2014 nanti, Matahari akan tepat berada di khatulistiwa.

Salah satu konsekuensi dari pergerakan semu tahunan itu, kata Thomas, adalah perbedaan durasi waktu antara siang dan malam, walau tidak ekstrem. Hingga beberapa waktu ke depan, siang di Indonesia akan lebih lama daripada malam. Maghrib masih terang, sementara waktu subuh beberapa menit lebih awal. "Ini akan berlangsung sampai 21 Maret mendatang, saat Matahari melintasi ekuator," kata Thomas kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2014). "Tentu saja, semakin mendekati 21 Maret nanti, perbedaan durasi waktu siang dan malam semakin singkat," imbuhnya.

Salah satu wujud dari fenomena perbedaan durasi waktu siang dan malam akibat posisi Matahari itu bisa disaksikan hari ini. Di jejaring sosial Twitter hari ini, ramai dibicarakan bahwa hingga pukul 18.30, langit di Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, dan beberapa kota lainnya masih terang. Beberapa pengguna Twitter membuat guyonan akan fenomena itu dengan mengatakan bahwa Matahari sedang lembur.

 Sementara itu, ada juga yang mengaitkan fenomena hari ini dengan badai Matahari yang meletup pada Rabu (8/1/2014) dini hari. Thomas mengungkapkan, fenomena hari ini adalah fenomena biasa, bukan pertanda apa-apa, dan tidak berkaitan dengan badai Matahari.

sumber : kompas.com
»»  Selengkapnya...

Tak Diduga, Orang Romawi Kuno Sudah Pakai Rempah Indonesia


Masyarakat Romawi Kuno ternyata sudah mengimpor dan menggunakan rempah-rempah asal Indonesia sejak 400 tahun sebelum Masehi. Temuan itu berdasarkan penelitian sains di sebuah lokasi penggalian arkeologi di dekat Napoli, Italia selatan. Riset pada sisa-sisa makanan dari era Romawi Kuno yang dilakukan oleh tim dari Universitas Cincinnati di Amerika Serikat menemukan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengonsumsi berbagai jenis makanan eksotik.

Tidak hanya berbagai jenis gandum dan buah impor, tetapi juga ikan asin dari Spanyol bahkan jerapah dan burung pelikan hingga rempah-rempah khas Indonesia. Sepotong daging jerapah ditemukan di tempat sampah salah satu bangunan rumah kuno. "Ini adalah satu-satunya jerapah yang ditemukan dari berbagai penggalian arkeologi di situs Romawi kuno Italia," kata pemimpin riset Steven Ellis.

Selama 10 tahun terakhir, Ellis dan timnya meneliti dua kompleks perumahan di Pompeii yang sempat terkubur debu dan lava vulkanis dari letusan Gunung Vesuvius. Ellis mengatakan, temuan berbagai rempah dan bahan makanan eksotis itu menunjukkan bahwa masyarakat Pompeii memiliki "standar hidup yang tinggi" dan membalikkan "persepsi historis tentang pola makan orang Romawi". 

sumber : kompas.com
»»  Selengkapnya...

10 Temuan Spesies Baru Asli Indonesia Tahun Di 2012

Para taksonom terus bekerja mengungkap keanekagaraman hayati Indonesia. Banyak spesies baru asli Indonesia berhasil ditemukan dengan keterlibatan peneliti Indonesia sepanjang 2012. Diantara ratusa yang ditemukan, ada 10 spesies menarik yang telah dideskripsikan. Semuanya menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati. Temuan spesies baru ini seharusnya semakin membuka kesadaran akan pelestarian alam. Apa saja 10 spesies paling menarik asli Indonesia? Berikut uraiannya.

Laba-laba yang Bermata Kecil 

S. Harjanto/Matalabiogama
Amauropelma matakecil, jenis baru laba-laba yang ditemukan di Bukit Menoreh.


Spesies ini ditemukan oleh peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi. Jenis ini diberi nama Amauropelma matakecil, sesuai karakteristiknya yang memiliki mata kecil. Amauropelma matakecil ditemukan di kawasan karst Menoreh. Jenis ini adalah genus Amauropelma yang ditemukan di Pulau Jawa. Biasanya, genus Amauropelma ditemukan di Australia. Temuan menegaskan, kawasan karst kaya keanekaragaman hayati.

Tawon Garuda 

Tawon baru ditemukan lewat kerjasama pakar serangga Puslit Biologi LIPI, Rosichon Ubaidilah, dengan University of California, Davis. Spesies ini sebenarnya sudah dideskripsikan tahun 2011 namun baru dipublikasikan secara resmi di jurnal Zookeys. Tawon yang bernama Megalara garuda ini memiliki rahang yang besar sehingga menutup bagian samping kepala. Jika rahang dibuka, maka panjangnya akan melebihi kaki depan individu tawon itu sendiri. Spesies ini ditemukan lewat ekspedisi Mekongga. 

Anggrek Mini 
LIPI
Spesies yang ditemukan ini bernama Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J.Wood.


Spesies yang dinamai Dendrobium mucrovaginatum ini dideskripsikan oleh taksonom anggrek Indonesia, Destario Metusala dari Kebun Raya Purwodadi, LIPI. Anggrek spesies baru ini dijuluki anggrek mini karena diameternya kurang dari 1 cm, sementara anggrek lain rata-rata 5 cm. Dengan ukuran mini, anggrek yang ditemukan di Kalimantan ini layak dipertimbangkan menjadi tanaman hias di apartemen-apartemen di kota besar. Temuan ini dipublikasikan di Malesian Orchid Journal.

Kelelawar Tanpa Ekor 


Ibnu Maryanto
Kenampakan dorsal (punggung) dan ventral (perut) spesies Thoopterus suhaniae.


Peneliti Puslit Biologi LIPI, Ibnu Maryanto, adalah taksonom di balik penemuan spesies yang diberi nama Thoopterus suhaniae ini. Kelelawar ini dikatakan tak memiliki ekor karena ekornya mengalami reduksi menjadi rudiment. Spesies ini adalah jenis kedua genus Thoopterus yang ditemukan di Sulawesi. Temuan ini menunjukkan bahwa Sulawesi adalah hotspot volusi Pteropodidae, golongan kelelawar yang memakan buah atau bunga yang tersebar di Afrika dan Asia.

Katak Rawa "Kekar" 

Masafumi Matsui/Amir Hamidy
Lengan Hylarana rawa terlihat kekar karena adanya humeral gland.


Hylarana rawa alias si katak kekar ditemukan di wilayah rawa di Riau. Katak ini memiliki kelenjar lengan atas yang besar, membuat lengannya tanmpak kekar. Peneliti LIPI, Amir Hamidy adalah orang di balik penemuan ini. Status konservasi H. rawa hingga saat ini masih belum diketahui. Namun demikian, katak ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sehingga rawan kepunahan. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Current Herpetology edisi Juni 2012.

4 Spesies Ikan Pelangi

Kadarusman Loba
Empat spesies ikan pelangi ditemukan di Papua. Masing-masing adalah Melanotaenia arguni, Melanotaenia urisa, Melanotaenia veoliae, Melanotaenia wanoma.


Empat spesies ikan pelangi yang ditemukan adalah Melanotaenia arguni, Melanotaenia uris, Melanotaenia veoliae dan Melanotaenia wanoma. Masing-masing spesies dibedakan pola warna sisiknya. Seluruh spesies ditemukan di Papua. Keempat spesies ditemukan atas kerjasama beberapa peneliti, salah satunya Kadarusman loba dari Akademi Perikanan Sorong. Temuan ini adalah bagian dari upaya mengungkap keragaman spesies di Papua lewat ekspedisi Lengguru-Kaimana.

Katak Sebesar Jari 
Amir Hamidy
Kenampakan ventral dari Leptobrachium nigrops. Leptobrachium ingeri dan Leptobrachium kanowitense.


Ada dua spesies katak sebesar jari yang ditemukan oleh peneliti LIPI, Amir Hamidy, yaitu Leptobrachium ingeri dan Leptbrachium kanowitense. Kedua spesies tersebut termasuk yang terkecil di genusnya. Kedua spesies tersebut emula dikategorikan dalam spesies komplek, L. nigrops. Teknik molekuler digunakan untuk mengidentifikasi spesies tersebut. Jika teknik ini dipakai, keanekaragaman spesies katak bisa naik dua kali lipat.

Monyet Punah yang Ditemukan Kembali 

ERIC FELL
Lagur abu-abu (Presbytis hosei canicrus).


Jenis monyet yang ditemukan kembali adalah jenis langur abu-abu (Presbytis hosei canicrus). Monyet ini ditemukan kembali oleh tim peneliti yang dikepalai oleh Brent Loken dari Simon Fraser University di Kanada.

Dua Jenis Pinang Baru Endemik Biak 

Charlie D Heatubun
Bunga spesies pinang Adonidia maturbongsii


Dua jenis pinang baru ditemukan di Biak dan Supirori. Keduanya endemik wilayah setempat dan masing-masing diberi nama Adonidia maturbongsii dan Hydriastele biakensis. Temuan ini menambah kekayaan palem dunia yang mencapai 2500 jenis dan 500 diantaranya.

Bambu Baru 


Organicfarm
Bambusa lako, salah satu spesies bambu hitam yang terdapat di Indonesia.


Spesies baru baru dari Mekongga ditemukan oleh peneliti bambu LIPI, Elizabeth. Spesies ini belum diberi nama namun memiliki karakteristik unik, yaitu tumbuh merayap, diameter batang cuma 2 cm, tidak punya bulu tetapi punya lapisan lilin.

sumber : kompas.com
»»  Selengkapnya...

Spesies Baru Burung Hantu Ditemukan di Lombok

Burung hantu di Lombok ternyata memiliki vokalisasi yang unik dan berbeda dari semua burung hantu yang pernah ditemukan di Indonesia.

 burung hantuIlustrasi burung hantu. (Thinkstockphoto) 

Ditemukan spesies baru dari burung hantu di sebuah pulau di Indonesia, uniknya lagi kicauannya menyenandungkan "nyanyian" sesuai dengan nama pulau tempat spesies ini ditemukan. Burung hantu rinjani scops dengan nama latin Otus jolandae adalah nama spesies burung hantu yang baru ditemukan di Pulau Lombok, sebagaimana yang tertulis dalam jurnal Plus One terbaru.

Kicauannya terdengar seperti "pok" dan sesekali mengeluarkan suara panjang "poook" juga. Spesies burung hantu di Indonesia telah lama membingungkan peneliti karena mereka berbagi bulu yang serupa. Namun, dua anggota tim secara independen menemukan bahwa burung hantu di Lombok ternyata memiliki vokalisasi yang unik dan berbeda dari semua burung hantu yang pernah ditemukan di Indonesia.

"Ini sebuah kebetulan bahwa dua dari kita menemukan spesies baru dari burung ini di tempat yang berbeda namun di pulau yang sama. Ini memang sangat kebetulan, terutama mengingat kita tidak pernah mencatat sesuatu yang spesial mengenai burung hantu ini selama 100 tahun belakangan," ungkap George Sangster, pemimpin penelitian dari Swedish Museum of Natural History.

Para peneliti percaya bahwa penemuan ini adalah keunikan bagi Lombok. Dalam "nyanyian" burung hantu menyenandungkan suara unik dengan "pok". Penduduk setempat saat ini mengingat burung ini dengan sebutan "Burung Pok" sebagai onomatope yang menggambarkan kicauan yang dikeluarkan burung bermata besar ini.

Sumber: Discovery New
»»  Selengkapnya...

Mengapa Burung Hantu Bisa Memutar Kepala Hingga Hampir 360 Derajat?

Jika manusia melakukan gerakan memutar seperti yang dilakukan burung hantu, akan menyebabkan seluruh jenis pendarahan internal dan mengalami kerusakan.

 burung hantu,floridaBurung hantu di Punta Gorda, Florida, AS. 
(Matthew Paulson/National Geographic Magazine) 

Para ilmuwan mengungkapkan fakta unik tentang burung hantu. Dalam tampilan gaya fleksibel layaknya ahli sihir, burung hantu dapat memutar leher mereka hingga mencapai 270 derajat tanpa mencederai pembuluh darah atau merobek tendon mereka. Namun, para ilmuwan di Johns Hopkins University School of Medicine, AS, memiliki data lengkap untuk menjelaskan keterampilan yang cukup mencengangkan dari burung hantu --fenomena yang membuat para pecinta burung bertanya-tanya selama ini.

Berbeda halnya dengan hewan lain dan manusia yang dapat memindahkan mata untuk mengikuti objek atau menggunakan peripheral vision untuk mengamati ruang, burung hantu harus memutar kepala mereka untuk mendapatkan efek yang sama. Burung hantu memiliki soket mata tetap yang artinya bola mata mereka tidak dapat memutar, sehingga memaksa mereka untuk merenggangkan leher sehingga tampak seperti sesuatu supranatural. "Dalam kasus burung, sistem mereka dirancang untuk menangani sejumlah pergerakan. Jaringan pembuluh darah dirancang sedemikian rupa sehingga lentur," kata Eric Forsman, seorang ahli biologi satwa liar dari US Forest Service.

Forsman menambahkan, burung hantu lebih lentur dibanding manusia karena kepala burung ini hanya memiliiki satu socket pivot. Sementara manusia memiliki dua, ini membatasi kemampuan untuk memutar. Burung hantu memiliki beberapa ruas tulang belakang, tulang-tulang kecil yang membentuk leher dan tulang belakang sehingga membantu mereka untuk mencapai berbagai berbagai rentang gerakan. Sementara jika manusia melakukan gerakan memutar seperti yang dilakukan burung hantu, akan menyebabkan seluruh jenis pendarahan internal dan mengalami kerusakan. burung hantuSkema karakter istimewa dari leher burung hantu.

 (Ilustrasi oleh Fabian de Kok-Mercado, Michael Habib, Tim Phelps, Lydia Gregg, and Philippe Gailloud; Johns Hopkins University School of Medicine/National Geographic Magazine) 

Dalam penelitiannya, peneliti di Johns Hopkins mengambil 12 burung yang telah mati dan menciptakan gambar tiga dimensi dari pembuluh darah dan tulang mereka. Peneliti juga menyuntikkan tubuh bangkai burung tersebut dengan pewarna dan cairan plastik berwarna merah untuk mengamankan pembuluh darah arteri sebelum dilakukan pembedahan. Ketika dilakukan percobaan, ternyata tim menemukan bahwa burung hantu memiliki arteri cadangan, yang mana ini memberikan pasokan nutrisi segar saat pembuluh darah tertutup makan dengan cepat akan berbalik.

Sehingga arteri mereka membengkak untuk menampung setiap kelebihan darah yang dihasilkan dari proses tersebut. Forsman menerangkan bahwa hal ini merupakan ciri dari proses adaptif yang kuat namun tidak unik. Karena banyak burung lain yang memiliki kemampuan yang serupa untuk dapat melihat sesuatu di belakang mereka, elang ekor merah misalnya, sebagai hewan noktural mereka juga hampir memilki kelenturan yang serupa. "Ada banyak manfaat dengan memiliki kemapuan dapat melihat sesuatu melampaui bahu Anda dan melihat sesuatu yang datang. Ini berguna jika Anda berusaha menghindari predator yang datang atau dapat mendeteksi mangsa," terang Forsman.

Sumber: National Geographic News
»»  Selengkapnya...
http://sudut-korupsi.blogspot.com