GUNUNG BURNI TELONG ADALAH SYURGANYA PARA PENDAKI

DELAPAN puluh dua tahun silam, tepatnya 7 Desember 1924, gunung ini meledak dan membakar seluruh perkampungan di sekitarnya. Lava dan lahar panas menjalar ke mana-mana. Ratusan hektar kebun warga musnah dibakar semburan panas dari gunung Burni Telong. Dan, 82 tahun kemudian, lava itu sudah membatu dan tersebar di Desa Jamur, Pante Raja, Simpang Balik, serta Lampahan, semuanya di Kabupaten Bener Meriah.

 Gunung Burni Telong 2600 Mpdl, tampak dari jauh

Trauma itu masih membekas di benak warga Bener Meriah. Ketika gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter yang menimbulkan gelombang tsunami pada 26 Desember 2004, warga sekitar kembali panik bukan kepalang. Mereka melihat bebatuan di puncak gunung runtuh dengan seketika menimbulkan suara gemuruh, gempa dahsyat itu mengusik ketenangan Burni Telong. Khawatir membangunkan lahar dan lava, warga mengungsi. Kepanikan yang mengatakan bahwa gunung merapi Burni Telong akan meledak, pada akhirnya tidak terbukti.

Burni Telong yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan gunung yang terbakar, berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Gunung ini hanya berjarak lima kilometer dari Redeolong, ibu kota Kabupaten Bener Meriah dan Bandar Udara Rembele (RBL). Untuk mencapai gunung yang sering disebut Burni Cempege (gunung yang penuh belerang–red), ada beberapa jalur. Salah satunya, melalui Jalur Edelwais. Dinamakan Edelwais karena di sepanjang jalur itu ditumbuhi bunga Edelwais yang oleh masyarakat Gayo dipercayai sebagai bunga abadi. Jalur ini diawali dengan jalan aspal mulai dari simpang jalan utama Takengon-Bireun sampai ke lereng Burni Telong tepatnya di desa Bandar Lampahan Kecamatan Timang Gajah yang berjarak 3 km.

menjemur tembakau, salah satu akativitas warga kaki Gunung Burni Telong

Kebiasaan anak-anak pendaki gunung atau moutaner dan juga bagi orang awam, mereka bila hendak melakukan pendakian terlebih dahulu berkoordinasi dengan penduduk di sekitar khususnya anak muda setempat. Bagi yang terbiasa atau yang mengenal jalur dan medan di Burni Telong, tidak menjadi masalah namun bagi pendatang dan wisatawan yang belum atau tidak meng­etahui lebih jauh Burni Telong, mereka biasanya mengajak pe­muda atau masyarakat dari seputaran kawasan ini sebagai petunjuk.

Kondisi lapangan untuk mencapai ke ketinggian puncak memang agak terjal. Tapi, jalur dari Bandar Lampahan menuju lereng gunung merupakan pilihan favorit para pecinta alam atau pendaki gunung. Setelah melewati medan terjal, kita menemukan sebuah gua, yang sering digunakan pendaki sebagai tempat menginap bila ingin bermalam untuk beberapa hari.

Di ketingian Burni Telong, hamparan pohon pinus memanjakan mata Anda Inilah satu-satunya gunung merapi di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Gua yang disebutkan bisa digunakan untuk piknik, sembari menikmati embusan angin yang menyejukkan badan.

 di Gunung Burni Telong banyak pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, masih terjaga keasliannya.

Surga pendaki
Jika tidak ingin sampai ke puncak, di kaki gunung, disebuah tempat yang lumayan dikenal terdapat dua buah kolam pemandian air panas, di Desa Simpang Balik. Air panas itu bersumber dari Gunung Borni Telong. Paling asyik untuk mandi menjelang sore dan malam hari karena air agak panas. Pengunjung akan merasakan sentuhan mengagetkan, namun kemudian terasa nikmat bercampur hawa dingin.

Arifin, pemandu khusus dari Dinas Pariwisata mengatakan, gunung ini cocok bagi para pendaki. Namun, terlebih dahulu harus dibangun beberapa shelter untuk memudahkan pendakian. “Saat ini Dinas Pariwisata fokus pada gerbang masuk Danau Laut Tawar. Untuk Burni Telong, masih dalam pengajuan kepada pemerintah daerah,” kata Arifin, Dinas Pariwisata sendiri, kata dia, terus berusaha untuk mengelola objek wisata Gunung Belerang ini. Ya, mereka ingin menjadikan gunung ini surga bagi para pendaki.

sumber : Acehmagazine

0 komentar:

Posting Komentar

http://sudut-korupsi.blogspot.com